BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Tujuan Praktikum
Mempelajari cara
pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam tumbuhan obat
I.2
Dasar Teori
Simplisia adalah
bahan alamiah yang dipakai sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
juga atau yang baru mengalami proses
setengah jadi, seperti pengeringan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Prasetyo & Entang,
2013)
Pada umumnya
proses pembuatan simplisia terdiri dari sortasi atau pemilahan,
pencucian,perajangan, atau pengirisan
dan pengeringan (Tilaar, 2009)
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur
tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat
tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak benar maka mutu
produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat menimbulkan
toksik apabila dikonsumsi (Wallis, 1960).
Tumbuhan
Pulai (Alstonia scholaris) kaya dengan kandungan kimia antara lain saponin,
flavonoid dan polifenol (Reni,1998). Dalam farmakologi cina dan pengobatan
tradisional disebutkan bahwa tumbuhan pulai memiliki sifat pahit antipiretik
anti deman, anti hipertensi dan melancarkan saluran darah (Zainal, 2005). Kulit
batang pulai merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional
oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan kulit
batang pulai memiliki khasiat sebagai obat kencing manis obat malaria dan obat
tekanan darah tinggi (Wijayakusuma, 2001).
BAB II
METODE KERJA
II.1 Alat
dan Bahan
a. Alat
Ø Cawan
Petri
Ø Corong
Ø Labu
Erlenmeyer
Ø Neraca/Timbangan
Ø Oven
Ø Parang
Ø Pengayak
Ø Pipet
Tetes
Ø Pisau
Ø Tabung
Reaksi
b. Bahan
Ø Aquadest
Ø Etanol
70%
Ø Pohon
Pulai Dewasa Bagian Kulit Ujung, Tengah Dan Pangkal
II.2 Cara
Kerja
1. Dilakukan
pengambilan sampel kulit batang pohon pulai dewasa bagian ujung,tengah dan
pangkal
2. Disortasi
basah dilakukan dengan memisahkan kulit batang dari benda asing
3. Dilakukan
pencucian dengan air mengalir
4. Dirajang
dengan memotong kulit batang menjadi lebih kecil
5. Dikeringkan
dengan oven
6. Disortasi
kering
7. Dihaluskan
dan diayak untuk menjadi serbuk
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Pengamatan
B.Awal
Simplisia
|
B.Sortasi
Basah
|
B.Sortasi
Kering
|
B.Simplisia
Serbuk
|
Randemen
Simplisia
|
Randemen
Serbuk
|
Susut
Pengeringan
|
500
g
|
471
g
|
267
g
|
95,84
g
|
56,69
g
|
20,35
g
|
43,312
g
|
III.3 Pembahasan
Sampel
yang digunakan dalam pembuatan simplisia ini yaitu kulit batang pulai (Alstonia
scholaris). Kulit batang pohon pulai mengandung senyawa kimia aktif alkaloid,
triterpenoid, flavonoid dan tanin. Dimana kulit batang ini yang diambil tiga
bagian yaitu bagian ujung, tengah, dan pangkal masing-masing 30 cm. Untuk
pengambilan sampel berupa kulit batang diperlukan kehati-hatian agar
pengambilan sampel tidak merusak dan membuat mati pohonnya. Pengambilan sampel
pohon dengan tinggi rata-rata sekitar 15 m dan mengambil sampel masing-masing
bagian sepanjang 30 cm. Setelah sampel diambil dilakukan sortasi basah untuk
memisahkan sampel dari pencemar yang akan mengganggu pembuatan simplisia.
Simplisia dicuci dengan air mengalir agar kotoran yang terdapat pada sampel
terbawa air dan menghasilkan sampel yang bersih. Dilakukan perajangan atau
pengubahan bentuk dilakukan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat
kering tanpa pemanasan yang berlebihan karena jika hasil perajangan terlalu
tebal maka pada saat pengeringan simplisia yang dihasilkan tidak merata.
Pengeringan dilakukan secara buatan yaitu menggunakan oven dengan suhu 40-50˚C.
Pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10% . Faktor yang
mempengaruhi pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. Ketika di oven
simplisia yang akan dikeringkan tidak boleh tertususun atau bertumpuk karena
hal tersebut akan membuat pengeringan simplisia tidak merata. Setelah
pengeringan dilakukan sortasi kering untuk memisahkan benda asing, seperti
bagian-bagian yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan
tertinggal.
Simplisia
yang sudah dikeringkan dibuat serbuk dengan cara dihaluskan, kemudian diayak
dengan ayakan 40/60. Arti dari pengayak 40/60 yaitu serbuk
dapat melalui pengayak no 40 seluruhnya dan tidak lebih dari 40 % melalui
pengayak nomor 60. Tujuan dilakukan pengayakan yaitu agar serbuk lebih halus
merata dan tidak tercampur dengan partikel yang masih besar. Sehingga serbuk
yang dihasilkan lebih bagus dan halus. Setelah dilakukan pengayakan simplisia
tersebut disimpan diwadah dan dikemas.
KESIMPULAN
Dari
hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kulit
batang pohon pulai mengandung senyawa kimia aktif alkaloid, triterpenoid,
flavonoid dan tanin
2. Pengambilan
sampel pohon dengan tinggi rata-rata sekitar 15 m dan mengambil sampel
masing-masing bagian sepanjang 30 cm.
3. Faktor
yang mempengaruhi pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo & Entang,
2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman
Obat-Obatan (Bahan Simplisia),
Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu
Tilaar, M., 2009, Healthy Lifestyle with Jamu¸ Dian Rakyat. Jakarta, p. 67
Wallis, T. E. 1960, Textbook of Pharmacognosy 4th Edition, J & A. Churcill, London
Reni. 1998. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang
Pulai (Alstonia scholaris) Terhadap
Kadar Hipertensi Tikus Putih. Bogor: Kementrian
Kehutanan.
Wijaya Kusuma. 2001. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang
Pulai (Alstonia scholaris)
Terhadap Kadar Hipertensi Tikus Putih. Bogor: Kementrian
Kehutanan
Zainal. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Batang
Pulai (Alstonia scholaris) Terhadap Kadar Hipertensi Tikus Putih. Bogor:
Kementrian Kehutanan.